Minggu, 13 September 2015

Minyak Kacang Tanah



Minyak kacang tanah seperti juga minyak nabati lainnya merupakan salah satu kebutuhan manusia yang dipergunakan baik sebagai bahan pangan(edible purpose) maupun bahan non pangan (non edible purpose). Sebagai bahan pangan minyak kacang tanah dipergunakan untuk minyak goreng, bahan dasar pembuatan margarin, mayonnaise, salad dressing dan mentega putih (shortening), dan mempunyai keunggulan bila dibandingkan dengan minyak  jenis lainnya, karena dapat dipakai berulang-ulang untuk menggoreng bahan pangan. 
Sebagai bahan non pangan, minyak kacang tanah banyak digunakan dalam industri sabun, face cream, shaving cream, pencuci rambut dan bahan kosmetik lainnya. Dalam bidang farmasi minyak kacang tanah dapat digunakanuntuk campuran pembuatan adrenalin dan obat asma.
Minyak kacang tanah mengandung 76-82 % asam lemak tidak jenuh,yang terdiri dari 40-45 % asam oleat dan 30-35 % asam linoleat. Asam lemak  jenuh sebagian besar terdiri dari asam palmitat, sedangkan kadar asam miristatsekitar 5 %. Kandungan asam linoleat yang tinggi akan menurunkan kestabilan minyak. Kestabilan minyak akan bertambah dengan cara hidrogenasi atau dengan penambahan anti-oksidan. Dalam minyak kacang tanah terdapat persenyawaan tokoferol yang merupakan anti-oksidan alami dan efektif dalam menghambat proses oksidasi minyak kacang tanah.
Dalam kacang tanah terdapat karbohidrat sebanyak 18 % dengan kadar pati 0.5 – 5.0 % dan kadar sukrosa 4 – 7 %. Vitamin-vitamin yang terdapat adalah riboflavin, thiamin, asam nikotinat, vitamin E dan K. Sebagian besar kandungan mineral terdiri dari kalsium, magnesium, fosfor dansulfur. Racun di dalam kacang tanah yang disebut aflatoksin, dihasilkan oleh cendawan Aspergillus flavus. Aflatoksin ini terdiri dari B1, B2, G1, G2. KodeB dan G menunjukkan intensitas fluorecence biru (blue) dan hijau (green) jika disinari dengan sinar ultra violet. Kacang tanah berumur tua, yang digunakan sebagai bibit kadang-kadang mengandung aflatoksin.
                                        

Minyak kacang tanah merupakan minyak yang lebih baik daripada minyak jagung, minyak biji kapas, minyak olive, minyak bunga matahari, untuk dijadikan salad dressing, dan disimpan di bawah suhu -11°C. Hal inidisebabkan karena minyak kacang tanah jika berwujud padat berbentuk amorf,dimana lapisan padat tersebut tidak pecah sewaktu proses pembekuan. Minyak kacang tanah yang didinginkan pada suhu -6,6°C, akan menghasilkan sejumlah besar trigliserida padat. Berdasarkan flow test, maka fase padat terbentuk dengan sempurna pada suhu -6,6°C.
Kacang tanah kaya dengan lemak, mengandungi protein yang tinggi,zat besi, vitamin E dan kalsium, vitamin B kompleks dan Fosforus, vitamin Adan K, lesitin, kolin dan kalsium. Kandungan protein dalam kacang tanah adalah jauh lebih tinggi dari daging, telur dan kacang soya. Mempunyai rasa yang manis dan banyak digunakan untuk membuat beraneka jenis kue. 
                             

Kacang tanah juga dikatakan mengandung bahan yang dapat membina ketahanan tubuh dalam mencegah beberapa penyakit misalnya dapat mencegah penyakit jantung karena kacang tanah mengandung Omega 3 yang merupakan lemak tak jenuh ganda dan Omega 9 yang merupakan lemak tak jenuh tunggal.Dalam 1 ons kacang tanah terdapat 18 gram Omega 3 dan 17 gram Omega 9.
Minyak kacang tanah mengandung fitosterol yang justru dapat menurunkan kadar kolesterol dan level trigliserida, dengan cara menahan penyerapan kolesterol dari makanan yang disirkulasikan dalam darah dan mengurangi penyerapan kembali kolesterol dari hati, serta tetap menjaga HDL kolesterol. Kajian-kajian menunjukkan kacang tanah dapat sebagai penurun tekanan darah tinggi dan juga kandungan kolestrol dalam darah, berkesan untuk melegakan penyakit hemofilia atau kecenderungan mudah berdarah, penyakit keputihan dan insomnia.
 



Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Kerja Enzim


Beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja enzim, yaitu sebagai berikut:
1.      Suhu
Enzim adalah suatu protein maka kenaikan suhu dapat menyebabkan denaturasi dan bagian enzim yang aktif akan terganggu sehingga konsentrasi dan kecepatan enzim berkurang.
2.      pH
Umumnya enzim efektifitas maksimum pada pH optimum, yang lazimnya berkisar antara pH 4,5-8.0. Pada pH yang terlalu tinggi atau terlalu rendah umumnya enzim menjadi non aktif secara irreversibel karena menjadi denaturasi protein.
3.      Konsentrasi enzim
Seperti pada katalis lain, kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzim tergantung pada konsentrasi enzim tersebut. Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya konsentrasi enzim.
4.      konsentrasi substrat
Pada konsentrasi substrat yang tinngi maka akan memperlambat kerja enzim. Sebaliknya jika konsentrasi enzim lebih banyak dari konsentrasi substrat maka kecepatan kerja enzim lebih tingg.
5.    Zat-zat penghambat
Hambatan suatu reaksi akan berpengaruh terhadap penggabungan substrat pada bagian aktif yang mengalami hambatan.