Rabu, 18 Februari 2015

Pernyataan-pernyataan Presiden Jokowi Selama 1 Bulan Menyikapi Konflik KPK vs POLRI




Setelah berlangsung selama kurang lebih satu bulan lamanya, Presiden Joko Widodo akhirnya mengambil sikap terkait konflik KPK dan Polri. Namun apa yang disampaikan Jokowi hari ini bukan yang pertama kali, melainkan ujung dari rangkaian statement yang dia berikan.
Konflik KPK dan Polri ini bisa disebut bermula dari 13 Januari 2015 silam. Kala itu, dua pimpinan KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto mengumumkan penetapan Komjen Budi Gunawan sebagai tersangka.

Pada saat pengumuman itu, Komjen Budi merupakan calon tunggal Kapolri yang sedang mengikuti rangkaian fit and proper test di DPR. Pengumuman KPK itu jelas bikin heboh. Apalagi KPK menyatakan, sejak awal mereka sudah memberi tahu Presiden Jokowi bahwa Komjen Budi diberi tanda merah, yang artinya berpotensi menjadi tersangka.

Sempat landai-landai saja selama 10 hari terakhir, publik dibuat terkejut dengan adanya kabar penangkapan Bambang Widjojanto pada Jumat (23/1) Komisioner yang membidangi sektor penindakan ini ditangkap karena menjadi tersangka kasus memberikan arahan kepada saksi memberikan keterangan palsu di sidang MK.

Presiden Jokowi yang kala itu ada di Istana Bogor lantas menggelar konferensi pers. Dia didampingi Abraham Samad dan Wakapolri Komjen Badrodin Haiti.
"Dan tadi saya sampaikan terutama pada Ketua KPK dan Wakapolri, sebagai kepala negara saya meminta pada institusi Polri dan KPK, memastikan bahwa proses hukum yang ada harus obyektif dan sesuai dengan aturan UU yang ada," ujar Jokowi.

Tak banyak hal yang disampaikan Jokowi. Dia hanya secara normatif meminta agar KPK dan Polri menjaga situasi agar jangan ada gesekan.
"Tadi saya juga meminta, sebagai Kepala Negara, agar institusi Polri dan KPK tidak terjadi gesekan dalam menjalankan tugas masing-masing. 2 hal itu tadi yang saya sampaikan dan kita berharap semuanya juga, media, terutama, menyampaikan hal-hal yang obyektif," sambung mantan Walikota Solo ini.

Dua hari kemudian, Jokowi kembali memberikan pernyataan mengenai konflik KPK-Polri yang pada saat itu belum ada tanda-tanda selesai. Namun kali ini, Jokowi sudah lebih melakukan persiapan. Dia memanggil enam tokoh untuk diminta pendapatnya mengenai persoalan tersebut. Jokowi kemudian menunjuk enam tokoh ini bersama tiga tokoh lainnya, untuk masuk dalam Tim Sembilan yang khusus bertugas untuk memberi masukan mengenai konflik KPK-Polri.
 
"Setelah beberapa kali kita mendapatkan masukan dan fakta-fakta, meskipun juga belum penuh, belum banyak, tetapi pada malam hari ini perlu saya sampaikan. Pertama bahwa kita sepakat, institusi KPK dan Polri harus menjaga kewibawaan sebagai institusi penegak hukum, termasuk institusi penegak hukum yang lain seperti kejaksaan dan Mahkamah Agung," ujar Jokowi.

Ada hal yang ditekankan Jokowi dalam jumpa pers pada 25 Januari malam hari itu. Dia meminta agar jangan sampai ada tindakan kriminalisasi.
"Jangan ada kriminalisasi. Saya ulang, jangan ada kriminalisasi. Dan proses hukum yang terjadi pada personel KPK maupun Polri, harus dibuat terang benderang, harus dibuat transparan, proses hukumnya harus dibuat transparan. Dan agar proses hukum dapat berjalan dengan baik, jangan ada intervensi dari siapapun, tapi saya akan tetap mengawasi kemudian mengawal," ujar Jokowi.

"KPK dan Polri harus bahu membahu bekerjasama memberantas korupsi. Biarkan KPK bekerja, biarkan Polri bekerja, dan semuanya tidak boleh merasa sok di atas hukum. Keduanya harus membuktikan bahwa mereka telah bertindak benar sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Sekali lagi, proses hukum harus transparan, harus terang benderang, dan jangan sampai ada kriminalisasi," sambungnya.

Namun pernyataan-pernyataan Jokowi itu belum membuat konflik KPK-Polri mereda. Perseteruan yang disebut-sebut sebagai Cicak vs Buaya III itu kian panas. Posisi terakhir Abraham Samad dan Bambang Widjojanto menjadi tersangka di Bareskrim Polri. 21 penyidik KPK juga terancam menjadi tersangka, atas tuduhan kepemilikan senjata api.

Di tengah desakan untuk segera bersikap, Jokowi akhirnya kembali muncul. Kali ini bukan hanya menyampaikan pernyataan semata, melainkan dengan keputusan-keputusan penting.
Keputusan penting pertama, dia tak jadi melantik Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri karena polemik yang timbul begitu besar. Dia menunjuk Komjen Badrodin Haiti sebagai calon Kapolri yang baru.

Di sisi lain Jokowi 'melepas' Samad dan Bambang Widjojanto. Dua pimpinan yang jadi tersangka itu akan segera diberhentikan sementara. Soal kasus 21 penyidik KPK juga tidak dibahas sama sekali. Dia juga akan menunjuk tiga plt pimpinan KPK.

"Untuk mempersingkat kepada Kepolisian Republik Indonesia dan KPK untuk menaati rambu-rambu atau hukum untuk menjaga keharmonisan hubungan antara lembaga negara," kata Jokowi.
 



Sumber : Detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar