Selasa, 23 Desember 2014

Pengolahan Biodiesel Kelapa Sawit






Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati yang baru maupun dari minyak nabati bekas penggorengan melalui proses transesterifikasi, esterifikasi, maupun proses esterifikasi–transesterifikasi. Dengan memanfaatkan kelapa sawit sebagai bahan bakunya, dapat dihasilkan biodiesel CPO, biodiesel PFAD, Biodiesel Olein maupun biodiesel stearin. 
 
Biodiesel sebagai bioenergi digunakan sebagai bahan bakar alternatif pengganti BBM pada motor diesel.  Biodiesel dapat digunakan baik dalam bentuk  100 % (B100) atau campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu (BXX) seperti 10 persen biodiesel dicampur dengan 90 persen solar dikenal dengan nama B10. Campuran biodiesel dengan solar yang ada di pasaran dikenal dengan biosolar. 

Biosolar merupakan campuran antara 95% solar produksi kilang Balongan dan 5% Fatty Acid Methyl Ester (FAME). Biosolar ini merupakan nama dagang pertamina untuk bahan bakar motor (mesin) diesel yang merupakan campuran biodiesel di dalam solar. Biosolar merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan. Secara umum, biosolar lebih baik karena ramah lingkungan, pembakarannya bersih, biodegradable, mudah dikemas dan disimpan, serta merupakan bahan bakar yang dapat diperbaharui. Selain itu, mesin atau alat yang menggunakan biosolar tidak perlu dimodifikasi. Biosolar juga dapat memperpanjang umur mesin dan menjamin keandalan mesin dengan lubrisitas atau pelumas maksimum 400 mikron.

Bahan bakar yang berbentuk cair ini memiliki sifat menyerupai solar sehingga sangat prospektif untuk dikembangkan.  Disamping sifatnya yang menyerupai solar, biodiesel memiliki kelebihan dibandingkan dengan solar. Kelebihan biodiesel dibanding solar adalah sebagai berikut: merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih baik (free sulphur, smoke number rendah) sesuai dengan isu-isu global, setana number lebih tinggi (> 57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik dibandingkan dengan minyak kasar, memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin; biodegradable (dapat terurai), merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat diperbarui, dan meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal.

Deskripsi Proses Biodiesel
Dalam pengertian populer dewasa ini, yang dimaksud dengan biodiesel adalah bahan bakar mesin diesel yang terdiri atas ester-ester metil (atau etil) asam-asam lemak. Dibuat dari minyak-lemak nabati dengan proses metanolisis atau etanolisis, produk sampingnya berupa gliserol.  Atau dari asam lemak (bebas) dengan proses esterifikasi dengan metanol atau etanol, produk sampingnya berupa air.
Produk biodiesel mentah (kasar) yang dihasilkan proses metanolisis biasanya harus dimurnikan dari pengotor-pengotor seperti sisa-sisa metanol, katalis, dan gliserol. Fase gliserol-metanol bebas-air maupun fase gliserol-metanol-air dapat diolah lebih lanjut untuk menghasilkan gliserol dan metanol (untuk didaur ulang). Proses pembuatan biodiesel dilakukan melalui proses-proses berikut ini.
a. Alkoholisis (atau transesterifikasi) trigliserida dengan metanol atau etanol.
Trigliserida adalah triester dari gliserol dengan asam-asam lemak, yaitu asam-asam karboksilat beratom karbon 6 s/d 30.  Persamaan stoikiometri generik reaksi transesterifikasi trigliserida dengan metanol adalah sebagai berikut :
 

            Gambar 32. Stoikiometri generik reaksi transesterifikasi trigliserida dengan metanol


Transesterifikasi dengan alkohol juga dikenal dengan nama alkoholisis sehingga reaksi di atas disebut juga metanolisis. Tanpa adanya katalis, sebenarnya reaksi berlangsung amat lambat. Katalis bisa berupa zat yang bersifat basa, asam, atau enzim [Schuchardt dkk. (1998), Lotero dkk. (2005), Fukuda dkk. (2001)].  Efek pelancaran reaksi dari katalis basa adalah yang paling besar, sehingga katalis inilah yang sekarang lazim diterapkan dalam praktek. Reaksi metanolisisnya sendiri sebenarnya berlangsung dalam tiga tahap sebagai berikut :

   

 
Katalis basa yang paling populer untuk reaksi transesterifikasi adalah natrium hidroksida, kalium hidroksida, natrium metilat (metoksida), dan kalium metilat. Katalis sejati bagi reaksi sebenarnya adalah ion metilat (metoksida) yang jika pun katalis yang ditambahkan adalah hidroksida, akan terbentuk melalui reaksi kesetimbangan :

OH¾  +  CH3OH     H2O  +  CH3O¾
 
Mekanisme reaksi pembentukan produk ester metil asam lemak pada tiap siklus katalitiknya adalah sebagai berikut (mekanisme serupa berlangsung pada konversi digliserida menjadi monogliserida dan monogliserida menjadi gliserol) :
 

                       Gambar 33. Mekanisme reaksi pembentukan produk ester metil asam lemak

Dengan katalis basa, reaksi metanolisis dapat berlangsung cepat pada temperatur-temperatur relatif rendah (temperatur kamar sampai titik didih normal metanol, yaitu 65oC) [Formo (1954)]. Karena ini, kebanyakan proses industrial/komersial beroperasi pada rentang temperatur ini dan tekanan atmosferik; katalis yang ditambahkan biasanya sebanyak 0.5–1.5 persen dari berat minyak yang diolah. 

Wright dkk. (1944) dan Freedman dkk. (1984), yang menyelidiki ulang (atau memverifikasi) kondisi proses yang diklaim Bardshaw and Meuly (1942, 1944), menyatakan bahwa untuk mendapatkan perolehan ester yang maksimum, bahan mentah yang digunakan dalam proses metanolisis trigliserida berkatalis basa harus memenuhi persyaratan sebagai minyak yang betul-betul mulus (murni) (fully refined) seperti minyak goreng, yaitu angka asam < 1 dan kadar air < 0,3 %. Jika bahan mentah (kasar) memenuhi syarat ini, maka dengan katalis basa (natrium metilat ataupun hidroksida) dan pada temperatur 60–65 oC, nisbah molar (metanol/minyak) paling sedikitnya 6 : 1 (yaitu minimum 2 kali nisbah stoikiometrik), konversi ke ester metil sudah praktis sempurna dalam waktu 1 jam. Pada suatu temperatur yang lebih rendah, yakni 32 oC, derajat metanolisis sudah mencapai 99 % dalam tempo sekitar 4 jam. 

Standardisasi Biodiesel Indonesia SNI-04-7182-2006 menunjukkan bahwa biodiesel komersial di Indonesia harus berkadar ester metil paling sedikitnya 96,5 %-berat dan berkadar gliserol total (yaitu yang bebas maupun terikat dalam bentuk sisa-sisa trigliserida, digliserida, dan monogliserida) tak lebih dari 0,24 %-berat. Perlu pula dicatat bahwa konversi minyak ke ester metil disertai penurunan drastis viskositas dan nilai viskositas biodiesel yang di atas persyaratan biasanya menunjukkan kadar sisa-sisa gliserida dan gliserol yang masih agak tinggi. Karena penyingkiran sisa-sisa trigliserida, digliserida, dan monogliserida dari produk reaksi merupakan operasi yang sulit (atau mahal), persyaratan kadar ester metil dan kadar gliserol total (+ nilai viskositas) tersebut berarti bahwa transesterifikasi harus dilakukan sampai konversi gliserida-gliserida ke ester metil praktis sempurna.  Ini dapat dicapai dengan menerapkan kondisi-kondisi reaksi yang sudah disebutkan di atas. Untuk menurunkan lagi jumlah metanol yang dibutuhkan untuk mencapai konversi sempurna tersebut, misalnya sampai kira-kira 1,5 x nisbah stoikiometrik, transesterifikasi dapat juga dilaksanakan dalam 2 tahap atau lebih, yang masing-masingnya bisa dilakukan pada temperatur maupun jumlah metanol yang sama maupun berbeda.

Transesterifikasi sebenarnya adalah reaksi kesetimbangan, sekalipun posisi kesetimbangannya sangat berat ke pihak pembentukan produk. Pengamatan-pengamatan terhadap data literatur menunjukkan bahwa konversi kesetimbangannya makin besar (mendekati 100 %) jika temperatur lebih rendah. Oleh karena itu, mendekati akhir dari pelaksanaan proses transesterifikasi, temperatur reaksi sebaiknya diupayakan serendah mungkin.  

Campuran reaksi di dalam proses-proses transesterifikasi yang diulas di atas adalah sistem dua fase (yaitu terdiri atas fase minyak dan fase alkohol).  Untuk lebih mempercepat lagi reaksi metanolisis (sehingga transesterifikasinya bisa selesai, misalnya saja, hanya dalam beberapa menit), beberapa pengembang proses telah menambahkan pelarut, misalnya saja tetrahidrofuran, yang mampu membuat campuran reaksi menjadi suatu fase tunggal (cosolvent). Akan tetapi, penambahan pelarut biasanya sangat memperbesar nilai minimum nisbah molar alkohol : minyak dan juga mengubah parameter-parameter lainnya. Tambahan pula, tahap-tahap pengolahan pasca transesterifikasi menjadi  lebih rumit, karena adanya kebutuhan untuk menjumput (to recover) dan mendaur-ulang pelarut tersebut.  

b. Esterifikasi asam-asam lemak (bebas) dengan metanol atau etanol.
Berlawanan dengan reaksi transesterifikasi trigliserida, esterifikasi asam-asam lemak. Reaksi ini merupakan reaksi kesetimbangan yang lambat, sekalipun sudah dipercepat dengan kehadiran katalis yang baik dan berjumlah cukup. Katalis-katalis yang cocok adalah zat berkarakter asam kuat, sehingga asam sulfat, asam sulfonat organik (dalam jumlah 1 sampai 3 % dari asam lemak yang diolah), atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial.


Posisi kesetimbangan reaksi esterifikasi juga tidak sangat berpihak kepada pembentukan ester metil, sehingga untuk mendorong agar reaksi bisa berlangsung sampai ke konversi sempurna pada temperatur relatif rendah (misalnya paling tinggi 120 oC), reaktan metanol harus ada/dipasok dalam jumlah sangat berlebih (biasanya lebih besar dari 10 x nisbah stoikiometrik) dan air produk ikutan reaksi harus disingkirkan dari fase reaksi, yaitu fase minyak. Penyingkiran air ini dapat ditempuh dengan berbagai cara alternatif :

  • menguapkan fase akuatik atau alkohol, mengadsorpsi uap air, serta kemudian mengembunkan uap metanol kering untuk dikembalikan ke dalam bejana reaksi [Harrison dkk. (1968)];
  • mengabsorpsi air yang terbentuk dengan garam-garam anhidrat yang membentuk padatan berhidrat (misalnya CaCl2 or CaSO4); atau
  • mengekstrak air yang terbentuk dengan suatu cairan ‘penyeret’ (entraining agent) seperti gliserol, etilen glikol, atau propilen glikol [Lepper dkk. (1986)].       

Biodiesel mentah (kasar) yang dihasilkan proses transesterifikasi minyak (atau esterifikasi asam-asam lemak) biasanya masih mengandung sisa-sisa katalis, metanol, dan gliserol (atau air). Untuk memurnikannya, biodiesel mentah (kasar) tersebut bisa dicuci dengan air, sehingga  pengotor-pengotor tersebut larut ke dalam dan terbawa oleh fase air pencuci yang selanjutnya dipisahkan. Porsi pertama dari air yang dipakai mencuci disarankan mengandung sedikit asam/basa untuk menetralkan sisa-sisa katalis. Biodiesel yang sudah dicuci kemudian dikeringkan pada kondisi vakum untuk menghasilkan produk yang jernih (pertanda bebas air) dan bertitik nyala ³ 100 oC (pertanda bebas metanol). 

Melalui kombinasi-kombinasi yang jitu dari kondisi-kondisi reaksi dan metode penyingkiran air, dan barangkali juga dengan pelaksanaan reaksi secara bertahap, konversi sempurna asam-asam lemak ke ester metilnya dapat dituntaskan dalam waktu 1 sampai beberapa jam. Proses transesterifikasi dan esterifikasi dapat digabungkan untuk mengolah bahan baku dengan kandungan asam lemak bebas sedang sampai tinggi seperti CPO low grade, maupun PFAD.


 

Sabtu, 06 Desember 2014

MIRIS !! KUALITAS KEDELAI IMPOR INDONESIA SAMA DENGAN PAKAN TERNAK DI LU...

Film Dokumenter: Fenomena Rokok di Indonesia (Subtitle Indonesia)




Beginilah Kondisi kerusakan di tanah air, negeri yang jika ada orang Amerika berkunjung ke Indonesia seperti mereka kembali ke masa lampau...

Segarnya Mandi Dengan Ikan Dewa di Cibulan, Kuningan



Kabupaten dan kota Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat. Kuningan merupakan perlintasan jalan yang menghubungkan kota Cirebon dengan wilayah Priangan Timur dan sebagai jalan alternatif jalur tengah yang menghubungkan Bandung-Majalengka dengan Jawa Tengah.

Kuningan memiliki bentang alam fariatif mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi dengan puncak tertinggi di Jawa Barat yaitu puncak gunung Ciremai (3.076 m). Selain bentang alam yang memikat, Kuningan juga memiliki pesona wisata budaya yang menarik, salah satunya ialah situs Cipari yang menunjukan bahwa daerah ini sudah dihuni oleh manusia sejak zaman pra sejarah atau sekitar 3.500 tahun sebelum masehi.

Salah satu Objek Wisata di Kabupaten Kuningan yaitu Objek wisata pemandian cibulan. Kolam pemandian Cibulan merupakan salah satu objek wisata tertua di Kuningan. Obyek wisata ini diresmikan pada 27 Agustus 1939. Keunikan kolam ini ialah di dalamnya hidup ikan yang bernama ikan Dewa, yang konon merupakan jelmaan dari prajurit yang membangkang kepada prabu Siliwangi dan dikutuk menjadi ikan.

Dalam objek wisata Cibulan terdapat dua kolam besar yang berbentuk persegi panjang. Kolam pertama berukuran 35x15 meter persegi dengan kedalaman sekitar 2 meter. Sedangkan, kolam kedua berukuran 45x15 meter persegi yang dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama berkedalaman 60 sentimeter dan bagian kedua berkedalaman 120 cm.

Setiap kolamnya dihuni puluhan ikan yang berwarna abu-abu kehitaman dan disebut sebagai kancra bodas atau ikan dewa (cyprinus carpico). Ukurannya berbagai macam mulai dari yang panjangnya 20-an sentimeter hingga 1 meter. Ikan Dewa adalah sejenis ikan yang dikeramatkan penduduk di sekitar wilayah Desa Manis Kidul karena dipercaya mempunyai keistimewaan tertentu.

Meski semua kolam itu dihuni puluhan ikan kancra bodas atau ikan dewa, kolam-kolam di Cibulan dibuka sebagai kolam pemandian umum. Tempat rekreasi ini dilengkapi pula dengan fasilitas khas tempat pemandian, seperti tempat ganti pakaian, 6 buah kamar kecil dan 2 buah kamar mandi untuk tempat bilas seusai berenang.

Air di Cibulan selalu bersih, bening, sejuk, dan melimpah, meskipun pada musim kemarau panjang. Itulah sebabnya, selain sebagai tempat rekreasi, Cibulan juga dijadikan sebagai sumber air untuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kuningan dan dimanfaatkan Pertamina untuk memasok kebutuhan air bersih di dua kompleks miliknya, yaitu Padang Golf Ciperna di Kota Cirebon, dan Kantor Daerah Operasi Hulu Jawa Bagian Barat (DOH JBB) di Klayan, Kabupaten Cirebon.

Kolam pemandian Cibulan juga menjadi sumber pendapatan bagi penduduk Desa Maniskidul dengan menjadi pedagang asongan atau membuka warung makan di sekitar tempat itu. Saat ini terdaftar 20 warung permanen di luar kompleks kolam dan 14 pedagang asongan resmi yang diizinkan berjualan di dalam kompleks kolam. Mereka kebanyakan menjual minuman ringan dan makanan kecil serta makanan ikan berupa kacang atom dan ikan wader.

Selain itu, Ikan Dewa dipercaya sebagai ikan istimewa yang membawa berkah bagi siapapun yang dapat menyentuh badannya. Belakangan ini, legenda tersebut terus tersebar dari mulut ke mulut- hingga masyarakat sekitar Cirebon bahkan dari luar Cirebon, datang ke Kuningan ingin melihat ikan dewa, baik hanya sekedar melihat ataupun mempunyai tujuan yang lain.

Mamat, petugas penyewaan ban yang sudah bertahun-tahun di Cibulan menuturkan, keunikan ikan dewa juga bisa disaksikan langsung pengunjung, karena sudah disediakan tempat khusus untuk pengunjung. “Cibulan yang mengandung nilai sejarah, legenda dan tempat wisata dapat dijadikan rangkaian tujuan wisata jika kita berkunjung ke wilayah kuningan. Udara khas pegunungan nan bersih, jauh dari polusi ditambah dengan pemandangan yang indah Gunung Ciremai, selalu menawarkan keindahan wisata Cibulan dan sekitar kuningan. Makanya setiap hari selalu ramai pengunjung,” jelasnya.
 

Sumur 7 Mata Air

Sumur 7 berada di komplek tempat pemandian Cibulan, Kuningan, pada saat-saat liburan, banyak pengunjung datang dan membawa air dari 7 mata air (sumur) karena dipercaya bisa membawa keberkahan. Asnawi salah satu kuncen di Sumur 7 Cibulan, Kabupaten Kuningan mengatakan keberadaan 7 mata air di Cibulan memiliki sejarah pada zaman pemerintahan Prabu Siliwangi yang sering menyepi di Cibulan. "Prabu Siliwangi menjadikan Cibulan sebagai salah satu Patilasan, untuk menyendiri , dan kemunculan 7 mata air sendiri katanya ada ketika masa pertapaan Prabu Siliwangi," katanya, beberapa waktu lalu. 
 
Keunikan 7 mata air di Cibulan adalah tidak pernah surut meski dalam kondisi kemarau panjang. Asnawi mengungkapkan kemungkinan berawal dari keunikan itulah sebagian masyarakat mempercayai bahwa air dari Sumur 7 bisa memberi keberkahan. "Namun dari seluruh kuncen yang berjaga di tiap mata air selalu mengingatkan, bahwa yang memberi keberkahan hanya Allah SWT," tuturnya.
Adapun mata air dari Sumur 7 kata Asnawi hanyalah perantara untuk mendapatkan berkah. Setiap mata air di Sumur 7 memiliki sebutan yang berbeda, diantaranya adalah mata air pertama sering disebut sumber kejayaan, sumur kedua sebagai sumber kejayaan, dan sumur ketujuh sebagai sumber kemudahan. Ketika ingin mengunjungi Sumur 7, pengunjung harus masuk ke dalam komplek pemandian Cibulan dengan membayar retribusi tiket masuk.

Adapun untuk bisa masuk pada kawasan mata air Sumur 7, pengunjung tidak dipungut biaya, kalaupun ingin membawa air yang berasal dari Sumur 7, tersedia jerigen yang dijual para kuncen dengan harga Rp10.000. Pada saat berada di dalam, pengunjung akan diarahakan oleh kuncen membasuh wajah dari masing-masing mata air secara berurutan


  Ikan Dewa

Menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat Desa Manis Kidul dan masyarakat Kuningan pada umumnya, ikan dewa yang ada di Kolam Cibulan ini konon dulunya adalah prajurit-prajurit yang membangkang atau tidak setia pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi. Singkat cerita, prajurit-prajurit pembangkang tersebut kemudian dikutuk oleh Prabu Siliwangi sehingga menjadi ikan. Konon ikan-ikan dewa ini dari dulu hingga sekarang jumlahnya tidak berkurang maupun bertambah. Apabila kolam dikuras, ikan-ikan ini akan hilang entah ke mana, namun saat kolam diisi air, mereka akan kembali lagi dengan jumlah seperti semula. Terlepas dari benar atau tidaknya legenda itu sampai saat ini tidak ada yang berani mengambil ikan ini karena ada kepercayaan bahwa barang siapa yang berani mengganggu ikan-ikan tersebut akan mendapat kemalangan.

Ikan dewa adalah sejenis ikan yang dikeramatkan oleh penduduk di sekitar wilayah Desa Manis Kidul dan sekitarnya. Bahkan di sekitar wilayah Kuningan, ikan ini dipercaya sebagai ikan istimewa yang membawa berkah bagi siapa pun yang dapat menyentuhnya.

Belakangan ini, legenda tersebut terus tersebar dari mulut ke mulut hingga masyarakat di berbagai daerah. Mereka pun berdatangan ke Kuningan untuk melihat ikan dewa, baik untuk melihat ataupun tujuan lainnya. Banyak legenda tentang asal-muasal ikan ini, seperti dikatakan Pak Mamat, salah satu petugas penyewaan ban yang sudah bertahun-tahun ada di Cibulan. "Dulu kala ketika Prabu Siliwangi masih hidup, beliau memerintah dengan adil dan bijaksana, sehingga hampir semua prajurit dan kawulanya tunduk dan hormat pada Sang Prabu," katanya.

https://www.youtube.com/watch?v=x4rkX6EI9ss

Gunung Ciremai : Gunung Tertinggi Di Jawa Barat 3.078 Mdpl



Gunung Ciremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional
Gunung Ciremai (TNGC). Gunung ini terletak berjauhan dari gunung tinggi
lainnya. Mempunyai ketinggian 3.078 Mdpl, merupakan gunung tertinggi di Jawa
Barat. Gunung Ciremai ada yang menyebut cerme, ada yang seringkali menamakan
“Ceremai”) secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa
Barat. Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m
terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m
dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.

Vegetasi di Gunung Ciremai

Hutan-hutan yang masih alami di Gunung Ciremai tinggal lagi
di bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu
dikelola sebagai kawasan hutan produksi Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah
diubah menjadi hutan pinus (Pinus merkusii), atau semak belukar, yang terbentuk
akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan.

Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin
seseorang mendaki ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut
tipe-tipe hutan pegunungan bawah (submontane forest), hutan pegunungan atas
(montane forest) dan hutan subalpin (subalpine forest), dan kemudian
wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.


Satwa di Ciremai

Bangkong bertanduk (Megophrys montana), Percil Jawa
(Microhyla achatina), Katak-pohon Emas (Philautus aurifasciatus), Bunglon Hutan
(Gonocephalus chamaeleontinus), Cecak Batu (Cyrtodactylus sp.), Elang Hitam
(Ictinaetus malayensis), Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus), Elang Jawa
(Spizaetus bartelsi), Puyuh-gonggong Jawa (Arborophila javanica), Tenggiling
(Manis javanica), Tupai kekes (Tupaia javanica), Kucing Hutan (Prionailurus
bengalensis), Macan Tutul (Panthera pardus), Kancil (Tragulus javanicus),
Kijang (Muntiacus muntjak), Landak Jawa (Hystrix javanica).


Jalur Pendakian Linggarjati

Untuk menuju puncak Ciremei terdapat 3 jalur yang dapat
ditempuh yakni jalur Majalengka, jalur Palutungan dan,jalur Linggarjati. Jalur
Linggarjati ( 650 mdpl) merupakan yang paling terjal dan terberat, namun jalur
ini merupakan favorit dilalui pendaki. Jalur ini memang dikenal lebih menantang
buat para pendaki
 Desa Linggarjati terletak 14 km dari kota Kuningan. Dari
pertigaan Linggarjati berjalan kaki
menuju Museum Naskah Linggarjati tempat bersejarah dimana Bung Karno
pernah menandatangani perjanjian Linggarjati dengan Belanda. Sementara pos
perijinan pendakian terletak tidak terlalu jauh dari museum.



Mendaki Gunung Ciremai

Sebelum memulai pendakian ada baiknya pendaki menyiapkan
bekal terutama air, karena susah sekali memperoleh air selama di perjalanan.
Jalur menuju puncak sangat jelas dan banyak tanda-tanda penunjuk jalan, sehingga
pendaki pemulapun akan mudah.

Dari pos pendakian, perjalanan akan melintasi jalanan
beraspal memasuki kawasan hutan Pinus dan persawahan hingga Pos Mata Air
Cibeunar (750 mdpl). Cibeunar merupakan area camp yang cukup aman buat
bermalam, karena terdapat sumber air yang cukup melimpah, yang tidak akan
ditemui lagi sepanjang perjalanan sampai di puncak. Selepas Cibeunar perjalanan
akan melewati perkebunan penduduk hingga memasuki Leuweng Datar (1.200 mdpl).

Dari Leuweng Datar pendaki akan melewati pos sebagai tempat
istirahat yakni Sigedang dan Pos Kondang Amis . 2 jam berikutnya pendaki akan
sampai di Pos Kuburan Kuda (1.380 mdpl). Kuburan Kuda merupakan tanah datar
yang cukup luas dan cukup teduh sebagai tempat perkemahan. Daerah ini dianggap
keramat bagi masyarakat setempat. Setelah Kuburan Kuda, pendaki akan melewati
beberapa tempat keramat lagi seperti Ceblokan, Pengalas.

Jalanan akan membesar ketika melewati Tanjakan Bin-Bin dan
semakin menanjak lagi ketika melewati Tanjakan Seruni (1.750 mdpl). Jalur ini
adalah yang terberat dan melelahkan dibanding yang lainnya. Bahkan pendaki akan
menemui jalan setapak yang terputus dan setengah memanjat, dan memaksanya
berpegangan akar pepohonan untuk mencapai pos selanjutnya.

Kemudian akan sampai di Tanjakan Bapatere (1.950 mdpl)
dengan jalur tetap menanjak nyaris tanpa bonus sampai di Batu Lingga (2.250
mdpl). Waktu yang diperlukan adalah sekitar 1 jam lebih. Konon, batu ini pernah
dijadikan tempat berkotbah wali songo kepada para pengikutnya . Di dekat batu
lingga terdapat sebuah in memoriam pendaki. Menurut kisah pendaki itu tewas
karena sesuatu kejadian yang aneh di batulingga. Tepatnya, pada tahun 1999 dan
dari ketiga pendaki, hanya seorang yang selamat. Sedangkan dua lainnya tewas
dengan mengeluarkan lendir dari mulutnya. Menurut kepercayaan, blok batu lingga
ini di jaga oleh dua makluk halus bernama aki dan nini serentet buntet.

Batu Lingga merupakan pos peristirahatan yang berupa tanah
datar dan terdapat sebuah batu berukuran besar. Di tengah perjalanan pendaki
akan menemui dua pos peristirahatan lagi yakni Kiara Baton dan Sangga Buana.
Kemuidian pendaki baru akan memasuki batas vegetasi. Perjalanan berlanjut 2 jam
berikutnya sampai di  Pos Pangasinan
(2.750 mdpl).

Pangasinan merupakan pos terakhir. Menurut sejarah, pada
masa pendudukan Jepang, pengasinan merupakan tempat pembuangan tawanan perang.
Mungkin karena itu pada malam malam tertentu, sering terdengar suara jeritan atau
derap langkah kaki para serdadu jepang. Dari daerah yang cukup terbuka ini,
pendaki dapat menyaksikan bibir kawah yang cukup menakjubkan. Diperlukan waktu
satu jam dengan melewati bebatuan cadas dan medan yang tetap menanjak, bahkan
harus setengah merayap, untuk sampai di puncak.


Summit Attack Ciremai

puncak ciremaiUntuk menggapai puncak tertinggi  Gunung Ciremai (3.078 mdpl), pendaki  lebih dahulu
melewati puncak tertinggi kedua 
Sunan Mataram (3.058 mdpl) ditandai batu trianggulasi. Dari Tranggulasi Sunan
Mataram, untuk mencapai puncak tertinggi Ciremai, pendaki harus mengelilingi
kawah hingga bertemu dengan Trianggulasi lagi yang sudah roboh yang biasa
dinamai Sunan Cirebon, itulah puncak tertinggi Gunung Ciremai.


Akomodasi dan Perijinan

Seluruh aktifitas pendakian Taman Nasional Gunung Ciremai
wajib mengurus Surat Ijin Masuk Lokasi (SIMAKSI) di Kantor Balai Taman Nasional
Gunung Ciremai Kuningan. Para pendaki wajib juga menyiapkan fotocopi identitas
diri (KTP), mengisi formulir pendakian, membayar tiket masuk lokasi dan
asuransi pada masing-masing pintu masuk jalur pendakian. Selain itu pendaki
wajib mengerti manejemen pendakian agar pendakian berjalan sesuai rencana.