Sabtu, 06 Desember 2014

Gunung Ciremai : Gunung Tertinggi Di Jawa Barat 3.078 Mdpl



Gunung Ciremai termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional
Gunung Ciremai (TNGC). Gunung ini terletak berjauhan dari gunung tinggi
lainnya. Mempunyai ketinggian 3.078 Mdpl, merupakan gunung tertinggi di Jawa
Barat. Gunung Ciremai ada yang menyebut cerme, ada yang seringkali menamakan
“Ceremai”) secara administratif termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yakni
Kabupaten Cirebon, Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa
Barat. Gunung ini memiliki kawah ganda. Kawah barat yang beradius 400 m
terpotong oleh kawah timur yang beradius 600 m. Pada ketinggian sekitar 2.900 m
dpl di lereng selatan terdapat bekas titik letusan yang dinamakan Gowa Walet.

Vegetasi di Gunung Ciremai

Hutan-hutan yang masih alami di Gunung Ciremai tinggal lagi
di bagian atas. Di sebelah bawah, terutama di wilayah yang pada masa lalu
dikelola sebagai kawasan hutan produksi Perum Perhutani, hutan-hutan ini telah
diubah menjadi hutan pinus (Pinus merkusii), atau semak belukar, yang terbentuk
akibat kebakaran berulang-ulang dan penggembalaan.

Sebagaimana lazimnya di pegunungan di Jawa, semakin
seseorang mendaki ke atas di Gunung Ciremai ini dijumpai berturut-turut
tipe-tipe hutan pegunungan bawah (submontane forest), hutan pegunungan atas
(montane forest) dan hutan subalpin (subalpine forest), dan kemudian
wilayah-wilayah terbuka tak berpohon di sekitar puncak dan kawah.


Satwa di Ciremai

Bangkong bertanduk (Megophrys montana), Percil Jawa
(Microhyla achatina), Katak-pohon Emas (Philautus aurifasciatus), Bunglon Hutan
(Gonocephalus chamaeleontinus), Cecak Batu (Cyrtodactylus sp.), Elang Hitam
(Ictinaetus malayensis), Elang Brontok (Spizaetus cirrhatus), Elang Jawa
(Spizaetus bartelsi), Puyuh-gonggong Jawa (Arborophila javanica), Tenggiling
(Manis javanica), Tupai kekes (Tupaia javanica), Kucing Hutan (Prionailurus
bengalensis), Macan Tutul (Panthera pardus), Kancil (Tragulus javanicus),
Kijang (Muntiacus muntjak), Landak Jawa (Hystrix javanica).


Jalur Pendakian Linggarjati

Untuk menuju puncak Ciremei terdapat 3 jalur yang dapat
ditempuh yakni jalur Majalengka, jalur Palutungan dan,jalur Linggarjati. Jalur
Linggarjati ( 650 mdpl) merupakan yang paling terjal dan terberat, namun jalur
ini merupakan favorit dilalui pendaki. Jalur ini memang dikenal lebih menantang
buat para pendaki
 Desa Linggarjati terletak 14 km dari kota Kuningan. Dari
pertigaan Linggarjati berjalan kaki
menuju Museum Naskah Linggarjati tempat bersejarah dimana Bung Karno
pernah menandatangani perjanjian Linggarjati dengan Belanda. Sementara pos
perijinan pendakian terletak tidak terlalu jauh dari museum.



Mendaki Gunung Ciremai

Sebelum memulai pendakian ada baiknya pendaki menyiapkan
bekal terutama air, karena susah sekali memperoleh air selama di perjalanan.
Jalur menuju puncak sangat jelas dan banyak tanda-tanda penunjuk jalan, sehingga
pendaki pemulapun akan mudah.

Dari pos pendakian, perjalanan akan melintasi jalanan
beraspal memasuki kawasan hutan Pinus dan persawahan hingga Pos Mata Air
Cibeunar (750 mdpl). Cibeunar merupakan area camp yang cukup aman buat
bermalam, karena terdapat sumber air yang cukup melimpah, yang tidak akan
ditemui lagi sepanjang perjalanan sampai di puncak. Selepas Cibeunar perjalanan
akan melewati perkebunan penduduk hingga memasuki Leuweng Datar (1.200 mdpl).

Dari Leuweng Datar pendaki akan melewati pos sebagai tempat
istirahat yakni Sigedang dan Pos Kondang Amis . 2 jam berikutnya pendaki akan
sampai di Pos Kuburan Kuda (1.380 mdpl). Kuburan Kuda merupakan tanah datar
yang cukup luas dan cukup teduh sebagai tempat perkemahan. Daerah ini dianggap
keramat bagi masyarakat setempat. Setelah Kuburan Kuda, pendaki akan melewati
beberapa tempat keramat lagi seperti Ceblokan, Pengalas.

Jalanan akan membesar ketika melewati Tanjakan Bin-Bin dan
semakin menanjak lagi ketika melewati Tanjakan Seruni (1.750 mdpl). Jalur ini
adalah yang terberat dan melelahkan dibanding yang lainnya. Bahkan pendaki akan
menemui jalan setapak yang terputus dan setengah memanjat, dan memaksanya
berpegangan akar pepohonan untuk mencapai pos selanjutnya.

Kemudian akan sampai di Tanjakan Bapatere (1.950 mdpl)
dengan jalur tetap menanjak nyaris tanpa bonus sampai di Batu Lingga (2.250
mdpl). Waktu yang diperlukan adalah sekitar 1 jam lebih. Konon, batu ini pernah
dijadikan tempat berkotbah wali songo kepada para pengikutnya . Di dekat batu
lingga terdapat sebuah in memoriam pendaki. Menurut kisah pendaki itu tewas
karena sesuatu kejadian yang aneh di batulingga. Tepatnya, pada tahun 1999 dan
dari ketiga pendaki, hanya seorang yang selamat. Sedangkan dua lainnya tewas
dengan mengeluarkan lendir dari mulutnya. Menurut kepercayaan, blok batu lingga
ini di jaga oleh dua makluk halus bernama aki dan nini serentet buntet.

Batu Lingga merupakan pos peristirahatan yang berupa tanah
datar dan terdapat sebuah batu berukuran besar. Di tengah perjalanan pendaki
akan menemui dua pos peristirahatan lagi yakni Kiara Baton dan Sangga Buana.
Kemuidian pendaki baru akan memasuki batas vegetasi. Perjalanan berlanjut 2 jam
berikutnya sampai di  Pos Pangasinan
(2.750 mdpl).

Pangasinan merupakan pos terakhir. Menurut sejarah, pada
masa pendudukan Jepang, pengasinan merupakan tempat pembuangan tawanan perang.
Mungkin karena itu pada malam malam tertentu, sering terdengar suara jeritan atau
derap langkah kaki para serdadu jepang. Dari daerah yang cukup terbuka ini,
pendaki dapat menyaksikan bibir kawah yang cukup menakjubkan. Diperlukan waktu
satu jam dengan melewati bebatuan cadas dan medan yang tetap menanjak, bahkan
harus setengah merayap, untuk sampai di puncak.


Summit Attack Ciremai

puncak ciremaiUntuk menggapai puncak tertinggi  Gunung Ciremai (3.078 mdpl), pendaki  lebih dahulu
melewati puncak tertinggi kedua 
Sunan Mataram (3.058 mdpl) ditandai batu trianggulasi. Dari Tranggulasi Sunan
Mataram, untuk mencapai puncak tertinggi Ciremai, pendaki harus mengelilingi
kawah hingga bertemu dengan Trianggulasi lagi yang sudah roboh yang biasa
dinamai Sunan Cirebon, itulah puncak tertinggi Gunung Ciremai.


Akomodasi dan Perijinan

Seluruh aktifitas pendakian Taman Nasional Gunung Ciremai
wajib mengurus Surat Ijin Masuk Lokasi (SIMAKSI) di Kantor Balai Taman Nasional
Gunung Ciremai Kuningan. Para pendaki wajib juga menyiapkan fotocopi identitas
diri (KTP), mengisi formulir pendakian, membayar tiket masuk lokasi dan
asuransi pada masing-masing pintu masuk jalur pendakian. Selain itu pendaki
wajib mengerti manejemen pendakian agar pendakian berjalan sesuai rencana.














                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar